Definisi
Cedera Kepala
Cedera
kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri,
serta mengakibatkan gangguan neurologis.
Penyebab Cedera Kepala
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan
jenis kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam Benda tumpul
biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan
rendah), jatuh, dan pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan
dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.
Menurut penelitian Evans di Amerika (1996),
penyebab cedera kepala terbanyak adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30%
akibat terjatuh, 10% kecelakaan dalam pekerjaan,10% kecelakaaan waktu
rekreasi,dan 5% akibat diserang atau di pukul.
Kontribusi
paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor. Hal
ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara sepeda motor tidak
menggunakan helm yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm
sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung
kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala.
Klasifikasi Cedera Kepala
·
Komosio Serebri (geger otak)
Geger
otak berasal dari benturan kepala yang menghasilkan getaran keras atau
menggoyangkan otak, menyebabkan perubahan cepat pada fungsi otak , termasuk
kemungkinan kehilangan kesadaran lebih 10 menit yang disebabkan cedera pada
kepala. Tanda-tanda/gejala geger otak, yaitu : hilang kesadaran, sakit kepala berat,
hilang ingatan (amnesia), mata berkunang-kunang, pening, lemah, pandangan
ganda.
·
Kontusio serebri (memar otak)5,23
Memar
otak lebih serius daripada geger otak, keduanya dapat diakibatkan oleh pukulan
atau benturan pada kepala. Memar otak menimbulkan memar dan pembengkakan pada
otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan perdarahan pasien pingsan,
pada keadaan berat dapat berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu.
Terdapat amnesia retrograde, amnesia pascatraumatik, dan terdapat kelainan
neurologis, tergantung pada daerah yang luka dan luasnya lesi:
a. Gangguan
pada batang otak menimbulkan peningkatan tekanan intracranial yang dapat
menyebabkan kematian.
b. Gangguan
pada diensefalon, pernafasan baik atau bersifat Cheyne-Stokes, pupil mengecil,
reaksi cahaya baik, mungkin terjadi rigiditas dekortikal (kedua tungkai kaku dalam sikap ekstensi dan
kedua lengan kaku dalam sikap fleksi)
c. Gangguan
pada mesensefalon dan pons bagian atas, kesadaran menurun hingga koma,
pernafasan hiperventilasi, pupil melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan
mata diskonjugat (tidak teratur), regiditasdesebrasi (tungkai dan lengan kaku
dalam sikap ekstensi).
·
Hematoma epidural
Perdarahan
terjadi diantara durameter dan tulang tengkorak. Perdarahan ini terjadi karena
terjadi akibat robeknya salah satu cabang arteria meningea media, robeknya
sinus venosus durameter atau robeknya arteria diploica. Robekan ini sering
terjadi akibat adanya fraktur tulang tengkorak. Gejala yang dapat dijumpai
adalah adanya suatu lucid interval (masa sadar setelah pingsan sehingga
kesadaran menurun lagi), tensi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin
bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah lambat, hemiparesis, dan terjadi
anisokori pupil.
·
Hematoma subdural
Perdarahan
terjadi di antara durameter dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat
robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan
otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya arakhnoid.
Gejala yang dapat tampak adalah penderita mengeluh tentang sakit kepala yang
semakin bertambah keras, ada gangguan psikis, kesadaran penderita semakin
menurun, terdapat kelainan neurologis seperti hemiparesis, epilepsy, dan edema papil.
Klasifikasi
hematoma subdural berdasarkan saat timbulnya gejala klinis :
a. Hematoma
Subdural Akut
Gejala
timbul segera hingga berjam-jam setelah trauma. Perdarahan dapat kurang dari
5mm tebalnya tetapi melebar luas.
b. Hematoma
Subdural Sub-Akut
Gejala-gejala
timbul beberapa hari hingga 10 hari setelah trauma. Perdarahan dapat lebih
tebal tetapi belum ada pembentukan kapsul disekitarnya.
c. Hematoma
Subdural Kronik
Gejala
timbul lebih dari 10 hari hingga beberapa bulan setelah trauma. Kapsula
jaringan ikat mengelilingi hematoma. Kapsula mengandung pembuluh-pembuluh darah
yang tipis dindingnya terutama di sisi durameter. Pembuluh darah ini dapat
pecah dan membentuk perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya hematoma.
Darah di dalam kapsula akan terurai membentuk cairan kental yang dapat mengisap
cairan dari ruangan subarakhnoid. Hematoma akan membesar dan menimbulkan gejala
seperti tumor serebri.
·
Hematoma intraserebral
Perdarahan
dalam jaringan otak karena pecahnya arteri yang besar di dalam jaringan otak,
sebagai akibat trauma kapitis berat, kontusio berat.
Gejala-gejala
yang ditemukan adalah :
a. Hemiplegi
b. Papilledema
serta gejala-gejala lain dari tekanan intrakranium yang meningkat.
c. Arteriografi
karotius dapat memperlihatkan suatu peranjakan dari arteri perikalosa ke sisi
kontralateral serta gambaran
cabang-cabang arteri serebri media yang tidak normal.
·
Fraktura basis kranii
Hanya
suatu cedera kepala yang benar-benar berat yang dapat menimbulkan fraktur pada
dasar tengkorak. Penderita biasanya masuk rumah sakit dengan kesadaran yang
menurun, bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang dapat berlangsung beberapa
hari. Dapat tampak amnesia retrigad dan amnesia pascatraumatik. Gejala
tergantung letak frakturnya :
a. Fraktur
fossa anterior
Darah
keluar beserta likuor serebrospinal dari hidung atau kedua mata dikelilingi
lingkaran “biru” (Brill Hematoma atau Racoon’s Eyes), rusaknya Nervus
Olfactorius sehingga terjadi hyposmia sampai anosmia.
b. Fraktur fossa media
Darah
keluar beserta likuor serebrospinal dari telinga. Fraktur memecahkan arteri
carotis interna yang berjalan di dalam sinus cavernous sehingga terjadi
hubungan antara darah arteri dan darah vena (A-V shunt).
c. Fraktur
fossa posterior
Tampak
warna kebiru-biruan di atas mastoid. Getaran fraktur dapat melintas foramen
magnum dan merusak medula oblongata sehingga penderita dapat mati
seketika.
Gambar 2.4 Klasifikasi Cedera Kepala
Tingkat Keparahan Cedera Kepala
Penilaian
derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan dengan menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS) yang diciptakan oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Glasgow
Coma Scale (GCS) yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat
kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek yang dinilai
yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan
reaksi lengan serta tungkai (motor respons). Glasgow Coma Scale (GCS) yang dimaksud adalah :
a. Membuka
mata (Eye Open) Nilai
Membuka
mata spontan 4
Membuka
mata terhadap perintah 3
Membuka
mata terhadap nyeri 2
Tidak
membuka mata 1
b. Respon
Verbal (Verbal Response)
Orientasi
baik dan mampu berkomunikasi 5
Bingung
(mampu membentuk kalimat, tetapi arti keseluruhan kacau) 4
Dapat
mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat 3
Tidak
mengucapkan kata, hanya suara mengerang (groaning) 2
Tidak
ada suara 1
c. Respon
motorik (Motoric Response)
Menurut
perintah 6
Mengetahui
lokasi nyeri 5
Menolak
rangsangan nyeri pada anggota gerak 4
Menjauhi
rangsangan nyeri (flexion) 3
Ekstensi
spontan 2
Tidak
ada gerakan 1
Dengan
Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi:
a.
Cedera kepala ringan, bila GCS 13-15
b.
Cedera kepala sedang, bila GCS 10-12
c.
Cedera kepala berat, bila GCS 3-9
PENATALAKSANAAN DALAM PEMBEDAHAN
Craniotomy
merupakan suatu tindakan operasi pada kepala untuk membuka tengkorak (tempurung
otak) dengan tujuan untuk memperbaiki kerusakkan pada jaringan otak.
Craniotomy
adalah
suatu tindakan pembedahan tulang kepala untuk mendapatkan jalan masuk ke bagian
intracranial guna :
-
Mengangkat tumor
-
Menghilangkan/ mengurangi peningkatan
TIK
-
Mengevaluasi bekuan darah
-
Menghentikan pendarahan
Hematoma
yang semakin membesar, maka seluruh isi dalam otak akan terdorong kearah yang
berlawanan menyebabkan tekanan intrakranial yang membesar sehingga menimbulkan
gangguan tanda-tanda vital dan gangguan fungsi pernafasan Sewaktu terkena
benturan yang hebat di kepala, pergerakan dari otak akan menyebabkan pengikisan
atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan duramater, ketika
pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang
antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inilah yang disebut dengan hematoma
epidural.
PATHWAY HEAD INJURY |